Di luar dunia sinematik utama seperti DCEU atau DCU, DC Comics telah melahirkan berbagai film yang berdiri sendiri. Film-film ini seringkali menyajikan pendekatan unik, baik melalui eksplorasi karakter yang tidak terlalu dikenal maupun dengan cerita yang berbeda dari formula superhero konvensional. Beberapa berhasil menjadi karya ikonis, sementara yang lain tetap menarik perhatian karena ide kreatifnya yang berani. Berikut adalah daftar film DC non-cinematic universe yang layak untuk Anda ketahui dan nikmati.
Jonah Hex (2010)
Kisah Jonah Hex membawa kita ke dunia weird western yang memadukan elemen koboi klasik dengan supernatural. Jonah Hex (Josh Brolin) adalah seorang pemburu bayaran yang terkenal karena wajahnya yang penuh bekas luka dan masa lalunya yang kelam. Setelah kehilangan keluarga akibat pembunuhan brutal yang dilakukan oleh musuhnya, Quentin Turnbull (John Malkovich), Hex bertekad untuk membalas dendam. Dalam perjalanannya, Hex mendapatkan kemampuan supernatural untuk berbicara dengan orang mati, yang ia gunakan untuk melacak musuh dan menyelesaikan misinya.
Film ini menawarkan premis yang menarik dengan latar dunia yang gelap dan penuh bahaya. Dengan perpaduan aksi, misteri, dan elemen supranatural, Jonah Hex mencoba memberikan perspektif baru pada genre western yang sudah jarang diangkat di layar lebar. Megan Fox turut tampil sebagai Tallulah Black, seorang wanita tangguh yang memiliki hubungan emosional dengan Hex. Meskipun ceritanya berjalan cepat, hubungan antara Hex dan Tallulah memberikan sisi manusiawi yang kontras dengan dunia kekerasan yang mereka tinggali.
Namun, Jonah Hex gagal di box office dan mendapat kritik keras karena alur ceritanya yang dianggap kurang matang. Meskipun demikian, film ini tetap layak untuk dinikmati oleh para penggemar DC yang tertarik dengan adaptasi yang menghadirkan karakter anti-hero dalam dunia yang penuh konflik dan intrik supernatural.
The Kitchen (2019)
The Kitchen adalah adaptasi dari komik Vertigo yang menghadirkan cerita kriminal dengan sudut pandang yang segar. Berlatar di Hell’s Kitchen, New York, pada tahun 1970-an, film ini mengisahkan tiga ibu rumah tangga—Kathy Brennan (Melissa McCarthy), Ruby O’Carroll (Tiffany Haddish), dan Claire Walsh (Elisabeth Moss)—yang mengambil alih bisnis mafia setelah suami mereka dipenjara. Keputusan mereka untuk memimpin bisnis ini tidak hanya menghadapi tantangan dari dunia kriminal, tetapi juga dari pengkhianatan di dalam lingkaran mereka sendiri.
Nuansa 70-an yang kuat terasa melalui sinematografi, musik, dan desain kostum yang membawa penonton kembali ke era tersebut. Transformasi karakter utama dari perempuan biasa menjadi pemimpin mafia memberikan cerita yang mendalam tentang perjuangan, kekuasaan, dan risiko besar. Ruby yang memperjuangkan kesetaraan, Kathy yang mencoba bertahan demi anak-anaknya, dan Claire yang menemukan kekuatan baru setelah mengalami kekerasan rumah tangga, semua karakter ini memberikan lapisan emosional pada cerita.
Sayangnya, The Kitchen kurang berhasil di box office dan mendapat kritik karena pengembangan ceritanya yang dianggap tidak konsisten. Meski begitu, film ini tetap menarik bagi mereka yang menyukai drama kriminal yang menggabungkan isu sosial dan aksi dalam dunia yang keras.
Swamp Thing (1982)
Film Swamp Thing karya Wes Craven membawa kisah tragis Dr. Alec Holland, seorang ilmuwan yang berubah menjadi makhluk tumbuhan setelah kecelakaan di laboratoriumnya. Swamp Thing, yang diperankan oleh Ray Wise, menjadi pelindung alam sekaligus pejuang melawan kejahatan yang dipimpin oleh Anton Arcane (Louis Jourdan). Dengan tubuh yang sepenuhnya terbuat dari tumbuhan, Swamp Thing menggunakan kekuatannya untuk melindungi dunia dari ancaman jahat yang ingin mengeksploitasi kekuatannya.
Atmosfer horor yang diciptakan Wes Craven memberikan nuansa unik pada cerita superhero ini. Elemen aksi dan fiksi ilmiah berpadu dengan tema lingkungan, menciptakan narasi yang menarik dan berbeda dari kebanyakan film superhero pada masanya. Meski efek visualnya sederhana, hubungan emosional antara Alec Holland yang kini menjadi Swamp Thing dan dunia yang ia coba lindungi terasa kuat dan menggugah.
Film ini menjadi karya kultus di kalangan penggemar horor dan DC Comics, meskipun tidak mencapai kesuksesan komersial yang besar. Dengan cerita yang tragis dan karakter yang kompleks, Swamp Thing tetap menjadi salah satu film yang layak dikenang dalam jajaran adaptasi DC.
Constantine (2005)
Keanu Reeves memerankan John Constantine, seorang pengusir setan yang memiliki kemampuan untuk melihat dunia supernatural. Berdasarkan komik Hellblazer dari lini Vertigo, cerita ini mengikuti Constantine saat ia mencoba melindungi dunia manusia dari iblis yang mencoba melanggar perjanjian neraka dan surga. Dengan masa lalunya yang kelam, Constantine berjuang melawan rasa bersalahnya sambil mencari penebusan.
Salah satu keunggulan Constantine adalah visualnya yang memukau, terutama dalam menggambarkan neraka yang mengerikan dan surga yang tenang. Hubungan Constantine dengan Angela Dodson (Rachel Weisz), seorang detektif yang mencari kebenaran di balik kematian saudara kembarnya, menambahkan dimensi emosional pada cerita. Karakter Gabriel (Tilda Swinton) dan Lucifer (Peter Stormare) memberikan konflik moral yang membuat film ini lebih dari sekadar aksi supernatural.
Meskipun awalnya mendapat ulasan beragam, Constantine kini diakui sebagai film kultus dengan basis penggemar yang kuat. Rumor tentang sekuelnya terus berkembang, membuktikan bahwa cerita Constantine memiliki daya tarik yang tetap hidup hingga kini. Film ini adalah pilihan sempurna bagi mereka yang menyukai cerita gelap dengan nuansa supernatural.
V for Vendetta (2005)
Distopia menjadi latar untuk kisah revolusi dalam V for Vendetta. Film ini menceritakan V (Hugo Weaving), seorang pemberontak bertopeng yang berjuang melawan rezim otoriter di Inggris. Bersama Evey Hammond (Natalie Portman), V memulai rencana untuk menggulingkan pemerintahan dengan memanfaatkan kekacauan dan simbol perlawanan.
Hugo Weaving memerankan V dengan karisma yang luar biasa, meskipun wajahnya selalu tertutup oleh topeng Guy Fawkes. Setiap dialognya dipenuhi dengan filosofi yang menginspirasi tentang kebebasan dan keadilan. Sinematografi film ini sangat kuat, memanfaatkan simbolisme dan visual yang ikonis untuk menciptakan atmosfer yang mendalam.
Pesan yang dihadirkan dalam V for Vendetta tidak hanya relevan dalam cerita, tetapi juga di dunia nyata. Topeng Guy Fawkes menjadi simbol perlawanan global dalam berbagai gerakan sosial, menjadikan film ini lebih dari sekadar adaptasi komik. Sebagai karya yang memadukan aksi, politik, dan filosofi, V for Vendetta adalah salah satu film DC terbaik yang berdiri sendiri.
Stardust (2007)
Stardust menghadirkan petualangan fantasi romantis yang memikat, diadaptasi dari novel grafis karya Neil Gaiman yang diterbitkan oleh Vertigo, lini komik dewasa DC. Kisah ini mengikuti Tristan Thorn (Charlie Cox), seorang pemuda dari desa kecil bernama Wall, yang melintasi batas dunia manusia ke negeri magis untuk mengambil bintang jatuh sebagai hadiah bagi kekasihnya. Namun, ia segera menyadari bahwa bintang tersebut ternyata adalah seorang wanita bernama Yvaine (Claire Danes), yang juga diincar oleh penyihir jahat dan pangeran yang bersaing memperebutkan takhta.
Dengan arahan sutradara Matthew Vaughn, Stardust menawarkan dunia fantasi yang penuh dengan makhluk magis, kapal bajak laut terbang, dan perburuan penuh sihir. Robert De Niro tampil mencuri perhatian sebagai Kapten Shakespeare, seorang bajak laut flamboyan dengan rahasia besar, sementara Michelle Pfeiffer memukau sebagai penyihir Lamia yang licik. Setiap karakter membawa daya tarik yang unik, membuat perjalanan Tristan dan Yvaine terasa seperti dongeng klasik yang penuh warna.
Kombinasi aksi, humor, dan elemen magis menjadikan Stardust sebagai salah satu film fantasi terbaik dalam katalog DC non-cinematic universe. Bagi penggemar cerita petualangan dengan sentuhan romansa, film ini adalah tontonan wajib yang menawarkan keajaiban yang jarang ditemukan di layar lebar.
The Losers (2010)
The Losers diadaptasi dari komik Wildstorm DC, menghadirkan kisah tentang sekelompok mantan agen CIA yang berusaha membalas dendam setelah dikhianati oleh organisasi mereka sendiri. Dipimpin oleh Clay (Jeffrey Dean Morgan), tim ini beranggotakan karakter-karakter berwarna seperti Roque (Idris Elba), Cougar (Óscar Jaenada), Pooch (Columbus Short), dan Jensen (Chris Evans). Dalam upaya mereka untuk menggulingkan Max (Jason Patric), dalang di balik pengkhianatan, tim ini harus menghadapi aksi penuh intrik dan tembakan yang intens.
Film ini menyajikan perpaduan antara aksi brutal dan humor ringan, menciptakan pengalaman menonton yang seru dan menghibur. Penampilan Chris Evans sebagai Jensen menonjol dengan gaya santai dan humor yang segar, memberikan keseimbangan di antara aksi serius lainnya. Sementara itu, Idris Elba membawa intensitas dan kedalaman emosional pada karakter Roque, menciptakan dinamika tim yang menarik untuk diikuti.
Meskipun tidak sepopuler film adaptasi komik lainnya, The Losers memiliki pesona tersendiri dengan gaya visual yang energik dan cerita yang penuh aksi. Film ini menjadi pilihan tepat bagi penggemar cerita tentang pembalasan dendam dengan gaya khas Hollywood.
Steel (1997)
Dalam Steel, Shaquille O’Neal memerankan John Henry Irons, seorang insinyur jenius yang menciptakan baju besi berteknologi tinggi untuk melawan kejahatan. Terinspirasi dari karakter dalam komik DC yang muncul setelah kematian Superman di The Death of Superman, Steel berusaha menggantikan simbol harapan yang ditinggalkan Superman. Di film ini, Steel melawan sekelompok kriminal yang menggunakan senjata canggih, termasuk senjata yang diciptakan dari desainnya sendiri.
Film ini mencoba menghadirkan pahlawan baru dengan pendekatan yang lebih realistis, tanpa melibatkan karakter ikonis DC lainnya. Ceritanya menyoroti keberanian Steel dalam melindungi komunitasnya, meskipun ia harus menghadapi bahaya besar tanpa memiliki kekuatan super. Namun, keterbatasan efek visual dan akting Shaquille O’Neal yang kaku membuat film ini kurang berhasil menarik perhatian penonton.
Meski dianggap gagal di box office, Steel tetap memiliki tempat khusus sebagai salah satu adaptasi komik DC yang mencoba mengeksplorasi karakter minor dengan potensi besar. Bagi penggemar berat DC Comics, film ini layak dicoba untuk melihat bagaimana DC berusaha memperkenalkan pahlawan yang berbeda dari biasanya.
Catwoman (2004)
Halle Berry membawa karakter Catwoman ke layar lebar dengan interpretasi baru yang jauh dari versi klasik di komik DC. Dalam film ini, Berry memerankan Patience Phillips, seorang wanita biasa yang dihidupkan kembali oleh kekuatan mistis setelah dibunuh oleh perusahaan kosmetik tempat ia bekerja. Dengan kemampuan mirip kucing, Patience bertransformasi menjadi Catwoman dan memutuskan untuk membalas dendam sekaligus mengungkap kejahatan besar di balik perusahaan tersebut.
Meskipun konsepnya ambisius, Catwoman mendapat kritik tajam karena menyimpang terlalu jauh dari materi aslinya. Namun, film ini tetap memberikan daya tarik visual yang memikat, terutama dengan desain kostum Catwoman yang ikonis. Penampilan Halle Berry sebagai Patience menunjukkan keberanian dan sensualitas, meskipun naskahnya tidak cukup mendukung potensi karakternya.
Terlepas dari penerimaan yang negatif, Catwoman tetap menjadi salah satu adaptasi DC yang patut dikenang sebagai percobaan untuk menciptakan kisah pahlawan perempuan yang berdiri sendiri. Bagi penggemar DC, film ini dapat menjadi pengingat bahwa tidak semua interpretasi baru selalu diterima dengan baik, tetapi tetap memberikan perspektif yang menarik.
Green Lantern (2011)
Green Lantern menghadirkan Hal Jordan, seorang pilot uji coba yang secara tak terduga dipilih oleh cincin kekuatan dari Korps Green Lantern untuk menjadi pelindung sektor 2814 di alam semesta. Ryan Reynolds memerankan Hal, yang awalnya merasa tidak siap untuk tanggung jawab besar ini. Film ini menggambarkan perjalanannya dari seorang manusia biasa yang sombong menjadi pahlawan kosmis yang melindungi dunia dari ancaman Parallax, entitas yang melambangkan rasa takut.
Dunia Green Lantern memperkenalkan konsep yang luas dan penuh imajinasi, termasuk Oa, planet markas besar Korps Green Lantern, dan ras alien yang menjadi sesama anggota. Visual film ini mencoba menangkap skala epik dari semesta Green Lantern, dengan desain yang mencerminkan dunia sci-fi yang canggih. Salah satu daya tarik utama adalah kemunculan Sinestro (Mark Strong), yang karakternya memberikan dasar untuk konflik yang lebih besar di masa depan.
Sayangnya, Green Lantern gagal memenuhi ekspektasi, baik secara kritis maupun komersial, karena naskah dan eksekusi cerita yang dianggap kurang matang. Namun, bagi penggemar DC, film ini tetap memberikan gambaran awal tentang potensi besar karakter Hal Jordan dan dunia Green Lantern yang kaya. Dengan adanya rencana reboot untuk seri ini, penggemar berharap Green Lantern dapat kembali dihidupkan dengan lebih baik di masa depan.
Watchmen (2009)
Watchmen adalah adaptasi dari komik legendaris karya Alan Moore dan Dave Gibbons yang sering dianggap sebagai salah satu cerita superhero terbaik sepanjang masa. Berlatar di dunia alternatif di mana superhero telah menjadi bagian dari sejarah Amerika, film ini mengeksplorasi tema politik, moralitas, dan dampak kekuasaan. Cerita dimulai ketika seorang mantan pahlawan, The Comedian (Jeffrey Dean Morgan), dibunuh, memicu investigasi oleh Rorschach (Jackie Earle Haley), seorang vigilante dengan pandangan moral absolut.
Sutradara Zack Snyder membawa visual yang setia pada komiknya, dengan adegan-adegan ikonis yang diadaptasi langsung dari halaman-halaman komik. Setiap karakter memiliki latar belakang kompleks, dari Dr. Manhattan (Billy Crudup) yang hampir seperti dewa, hingga Ozymandias (Matthew Goode), pahlawan dengan rencana besar untuk menyelamatkan dunia. Film ini tidak hanya menawarkan aksi, tetapi juga pertanyaan filosofis tentang keadilan dan pengorbanan.
Meskipun tanggapan terhadap Watchmen beragam karena tema dan alurnya yang gelap, film ini diakui sebagai salah satu adaptasi DC paling ambisius. Kekuatan Watchmen terletak pada kemampuannya mengangkat cerita superhero ke ranah yang lebih dewasa dan kompleks, menjadikannya karya yang wajib ditonton oleh para penggemar komik maupun sinema.
Film-film DC non-cinematic universe ini menunjukkan bahwa dunia DC tidak hanya terbatas pada pahlawan besar seperti Batman dan Superman. Dari cerita kriminal di The Kitchen hingga perjuangan supernatural di Constantine, setiap film menawarkan sesuatu yang unik dan berbeda. Jika Anda ingin menjelajahi sisi lain dari dunia DC Comics, daftar ini adalah tempat yang sempurna untuk memulai. Jadi, Geeks, film mana yang menurut kalian paling menarik?
Artikel 11 Film DC Non Cinematic Universe! pertama kali tampil pada Greenscene.